ANALISIS
PENGANGGARAN MODAL
(ANALISIS
USULAN INVESTASI)
1.
MENAKSIR
ALIRAN KAS
1.1. Beberapa Pertimbangan dalam
Menaksir Aliran Kas
Dalam analisis
keputusan investasi, ada beberapa langkah yang akan dilakukan :
(1). Menaksir aliran kas dari investasi tersebut.
(2). Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang.
(3).
Mengevaluasi investasi tersebut dengan kriteria investasi seperti pay-back period, NPV, dan IRR.
(4). Mengambil keputusan, apakah investasi diterima
atau tidak.
Langkah pertama dan keempat merupakan langkah yang
paling sulit (menurut hemat penulis). Pertama, implikasi aliran kas dari suatu
investasi tentu saja sulit diidentifikasi dan dikuantifikasikan. Sebagai
contoh, jika kita ingin mendirikan pabrik komputer, maka kita harus
mengestimasi penjualan dan biaya yang berkaitan dengan komputer. Tentu saja hal
tersebut sulit dilakukan, apalagi kalau kita ingin memperoleh ketepatan angka
yang tinggi. Hanya seorang analis yang mempunyai spesifikasi yang khusus yang
bisa menghitung aliran kas dengan ketepatan yang baik.
Dalam menaksir aliran
kas, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan :
1. Aliran
kas versus keuntungan akuntansi.
2. Incremental cash flow
: sunk cost, biaya kesempatan (opportunity
cost) dan kanibaliasi pasar.
3. Fokus
pada aliran kas karena keputusan investasi, bukan karena keputusan pendanaan.
1.1.1. Aliran Kas versus Keuntungan Akuntansi.
Fokus dari manajemen
keuangan dan analisis investasi adalah kas, bukannya keuntungan akuntansi.
Keuntungan akuntansi tidak selalu berarti aliran kas. Sebagai contoh, penjualan
sebagian barangkali merupakan kredit, sehingga belum ada kas yang masuk. Item
biaya tertentu, seperti depresiasi, juga tidak melibatkan kas. Dalam
perhitungan depresiasi, tidak ada aliran kas yang berpindah tangan. Contoh
perhitungan ini menunjukkan perbedaan antara aliran kas dengan kuntungan
akuntansi.
Misal perusahaan
mempunyai usulan investasi. Perkiraan laporan laba-rugi tahunan adalah sebagai
berikut :
Tabel
1. Perbandingan Basis Cash Flow dan Laporan Laba-Rugi Akuntansi
Laporan Laba-Rugi
|
Kas Masuk/Keluar
|
|
Penjualan
Biaya tunai (kas) Rp. 70.000,00
Depresiasi Rp. 50.000,00
Laba sebelum pajak
Pajak (40%)
Laba setelah pajak
|
Rp. 150.000,00
Rp. 120.000,00
|
Rp. 150.000,00
(Rp. 70.000,00)
-
(Rp.
12.000,00)
|
Rp. 30.000,00
Rp. 12.000,00
|
||
Rp. 18.000,00
|
Rp. 68.000,00
|
Penjualan diasumsikan berupa kas. Berapa aliran kas
tahunan yang dihasilkan investasi tersebut? Kolom sebelah kanan menujukan
item-item kas di laporan laba-rugi. Dengan hanya memasukkan item-item kas,
aliran kas masuk adalah Rp. 68.000,00 per tahun. Kaitan antara laba setelah
pajak, depresiasi, dan aliran kas bisa dituliskan sebagai berikut ini.
Aliran
kas = Laba setelah pajak + depresiasi
= 18.000 + 50.000
= 68.000
Cara yang langsung bisa
dilakukan dengan mengidentifikasi item-item mana yang termasuk kas masuk dan
mana yang termasuk kas keluar.
1.1.2. Incremental
Cash Flow
Aliran kas yang akan kita perhitungkan adalah aliran
kas yang muncul karena keputusan menjalankan investasi yang sedang
dipertimbangkan. Aliran kas yang tidak releven tidak akan msuk dalam analisis.
Aliran kas yang releven tersebut sering diberi nama sebagai incremental cash flow. Contoh aliran kas
yang tidak releven adalah sunk cost. Sunk cost adalah biaya yang sudah
ditanam, dan sudah hilang. Keputusan menerima atau menolak usulan investasi
tidak akan dipengaruhi oleh sunk cost.
Contoh sunk cost adalah biaya fesibility
study (studi kelayakan), biaya riset pemasaran. Biaya tersebut sudah keluar
pada waktu analisis investasi dilakukan. Hasil riset atau studi kelayakan
barangkali akan menjadi masukan (mempengaruhi) bagi analisis, tetapi uang yang
sudah dikeluarkan tidak akan mempengaruhi keputusan apakah investasi dilakukan
apa tidak.
Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah item lain
yang perlu diperhatikan. Sebagai contoh, jika suatu usulan investasi dilakukan,
investasi tersebut akan menggunakan gudang. Gudang tersebut sebenarnya bisa
disewakan. Karena digunakan oleh proyek baru tersebut, gudang tersebut tidak
bisa disewakan. Untuk analisis investasi, gudang tersebut mempunyai biaya
kesempatan. Dengan demikian sewa yang hilang tersebut harus dimasukkan sebagai
elemen biaya.
Kanibalisasi produk juga merupakan item yang
relevan.jika produk baru diluncurkan, sebagai pembeli potensial akan
meninggalkan produk lama dan beralih ke produk baru. Efek bersih dari produk
baru dengan demikian tidak setinggi semula, karena kenibalisasi (yang memangsa
produk lama) harus dikurangkan dari perhitungan semula.
1.1.3. Fokus pada Keputusan Pendanaan
Dalam analisis
investasi, fokus kita adalah pada aliran kas yang dihasilkan melalui keputusan
investasi. Aliran kas yang dihasilkan dari keputusan pendanaan harus
dihilangkan/dikeluarkan dari analisis. Alasan lainnya adalah, keputusan
pendanaan masuk ke dalam perhitungan tingkat discount rate yang dipakai (WACC atau weighted average cost of capital). Jika biaya bunga juga dimasukkan
ke dalam perhitungan aliran kas (sebagai pengurang aliran kas masuk), maka
terjadi proses double counting, atau
perhitungan ganda. Kas masuk dikurangi biaya bunga, sementara kas masuk
didiskontokan dengan WACC yang memasukkan keputusan pendanaan. Dengan kata
lain, efek keputusan pendanaan hanya akan terlihat ditingkat diskonto (discount rate), bukan pada perhitungan
aliran kasnya.
Misalkan laporan
laba-rugi menunjukkan angka-angka sebagai berikut ini.
Tabel
2. Perbandingan Basis Cash Flow dan Laporan Laba-Rugi Akuntansi dengan
Memasukkan Bunga (Keputusan Pendanaan)
Laporan Laba-Rugi
|
Kas Masuk/Keluar
|
|
Penjualan
Biaya tunai (kas) Rp. 70.000,00
Depresiasi Rp. 50.000,00
Bunga Rp. 20.000,00
Laba sebelum pajak
Pajak (40%)
Penyesuaian pajak
(0,4 × Rp. 20.000,00)
Laba setelah pajak
|
Rp. 150.000,00
Rp. 140.000,00
|
Rp. 150.000,00
(Rp.
70.000,00)
-
-
(Rp. 4.000,00)
(Rp. 8.000,00)
|
Rp. 10.000,00
RP. 4.000,00
|
||
Rp. 6.000,00
|
Rp. 68.000,00
|
Berapa
aliran kas masuk yang sebenarnya (yang didasarkan hanya atas keputusan
investasi)? Perhatikan laporan laba-rugi tersebut sama dalam segala hal dengan
laporan sebelumnya (laporan laba-rugi tanpa memasukkan bunga). Sebagai contoh,
penjualan sama-sama Rp.150.000,00. Satu-satunya perbedaan adalah laporan diatas
memasukkan bunga, sementara yang sebelumnya belum memasukkan bunga. Aliran kas
yang diakibatkan oelh keputusan pendanaan (bunga dalam hal ini) harus
dikeluarkan. Kolom paling kanan menunjukkan kas yang relevan. Perlakuan bunga
membutuhkan perhatian tersendiri, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang
pajak. Karena itu penyesuaiannya menggunakan (1 - Pajak) × bunga. Perhitungan
aliran kas yang mengeluarkan efek bunga (pendanaan) adalah :
Aliran kas = Laba bersih + depresiasi + {(1 – tingkat pajak) × bunga}
=
6.000 + 50.000 + {(1 – 0,4) × 20.000} = 68.000
Dengan demikian aliran
kas tersebut sama seperti aliran kas sebelumnya. Hal semacam itu yang
diharapkan, karena kedua laporan laba-rugi tersebut pada dasarnya sama, kecuali
untuk keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan tidak dimasukkan ke dalam
perhitungan aliran kas dalam analisis investasi.
1.2. Jenis-jenis Aliran Kas berdasarkan Dimensi
Waktu
Berdasarkan
dimensi waktu, aliran kas bisa digolongkan ke dalam tiga jenis :
1. Aliran
kas awal (initial cash flow)
2. Aliran
kas operasional (operation cash flow)
3. Aliran
kas terminal (terminal cash flow)
1.3. Ilustrasi
Perhitungan Aliran Kas suatu Usulan Investasi
Untuk memperjelas
perhitungan aliran kas suatu usulan investasi, bagian berikut ini memberikan
ilustrasi perhitungan tersebut. Suatu produk akan diluncurkan dengan jangka
waktu lima tahun. Berikut ini informasi yang relevan. Biaya investasi sebesar
Rp.10.000,00. Depresiasi dilakukan dengan garis lurus selama lima tahun, per
tahunnya adalah Rp. 16.000,00. Pada akhir proyek, aset tersebut diperkirakan
bisa dijual dengan harga Rp. 30.000,00. Jika dilaksanakan, proyek tersebut akan
memakai fasilitas gudang yang sedianya bisa dijual dengan harga Rp.150.000,00.
Nilai buku saat ini Rp.140.000,00. Pada akhir proyek, gudang tersebut bisa
dijual dengan harga Rp.150.000,00. Nilai buku saat itu diperkirakan
Rp.130.000,00. Investasi untuk modal kerja adalah Rp.10.000,00, Rp.15.000,00,
dan Rp.15.000,00 pada tahun ke-0, 1, dan 2. Sebelum proyek tersebut
diluncurkan, perusahaan tersebut akan memakan pangsa pasar produk lama.
Kerugian yang dialami karena kanibalisasi tersebut diperkirakan Rp.5.000,00 per
tahun, selama lima tahun. Penjualan diperkirakan Rp.300.000,00 per tahun. Biaya
operasional diperkirakan Rp. 50.000,00 per tahun. Penjualan dan biaya
operasional diasumsikan berupa kas. Pajak adalah 40%. Untuk proyek tersebut,
perusahaan meminjam sebesar Rp.50.000,00 dengan tingkat bunga 20% per tahun.
Biaya modal rata-rata tertimbang (discount
rate) adalah 20%.
Yang pertama perlu
dilakukan adalah memperkirakan aliran kas masuk dan keluar. Aliran kas masuk
rutin diperoleh dari kegiatan operasional. Berikut ini perhitungan aliran kas
operasional.
Tabel
3. Perhitungan Kas Operasional
Laporan
Laba-Rugi Akuntansi
|
Aliran Kas
|
|
Penjualan
Biaya operasional
Depresiasi
Laba
operasional
Pajak (40%)
Laba bersih
|
300.000
50.000
16.000
|
300.000
(50.000)
-
(93.000)
|
234.000
93.000
|
||
140.000
|
156.400
|
|
Aliran kas
masuk = laba bersih + depresiasi
= 140.000 +
16.000
= 156.000
|
Perhatikan bahwa bunga, aliran kas yang berkaitan
dengan keputusan pendanaan (financing) tidak dimasukkan ke dalam analisis,
meskipun aliran kas yang keluar dari perusahaan. Metode semacam itu merupakan
metode yang standar jika kita menggunakan analisis investasi dengan menggunakan
metode weighted average cost of capital.
Setelah kita menghitung aliran kas dari kegiatan
operasional, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi item aliran kas lainnya
yang relevan. Tabel berikut ini meringkaskan perhitungan aliran kas yang
relevan.
Tabel
4. Perhitungan Aliran Kas Usulan Investasi
Item Aliran
Kas
|
Tahun 0
|
Tahun 1
|
Tahun 2
|
Tahun 3
|
Tahun 4
|
Tahun 5
|
Aliran Kas Keluar
1.
Investasi
2.
Investasi modal kerja
3.
Biaya kesempatan gudang
4.
Kanibalisme produk
Total Kas Keluar
|
-100.000
-10.000
-146.000
-256.000
|
-15.000
-5.000
-20.000
|
-15.000
-5.000
-20.000
|
-5.000
-5.000
|
-5.000
-5.000
|
-5.000
-5.000
|
Aliran Kas Masuk
1.
Kas masuk operasional
2.
Penjualan nilai residu
3.
Penjualan gudang
4.
Modal kerja kembali
Total Kas Masuk
|
156.400
156.400
|
156.400
156.400
|
156.400
156.400
|
156.400
156.400
|
156.400
26.000
142.000
40.000
364.400
|
|
Aliran Kas Bersih
|
-256.000
|
136.400
|
136.400
|
151.400
|
151.400
|
359.400
|
2.
KRITERIA
PENILAIAN INVESTASI
Ada
beberapa kriteria yang bisa dipakai untuk mengevaluasi rencana investasi.
1. Payback Period
2. Discounted Payback Period
3. Accounting Rate of Return
4. Net Present Value
5. Internal Rate of Return
6. Profitability Index
2.1. Payback
Period
Payback period ingin melihat seberapa lama
investasi bisa kembali. Semakin pendek jangka waktu kembalinya investasi,
semakin baik suatu investasi. Kelemahan dari metode payback period adalah : (1) Tidak memperhitungkan nilai waktu uang,
dan (2) Tidak memperhitungkan aliran kas sesudah periode payback. Seperti yang dibicarakan dalam bab mengenai nilai waktu
uang, nilai waktu uang harus diperhatikan. Aliran kas sesudah payback period tidak diperhatikan. Hal
tersebut berarti aliran kas tahun ketiga sampai kelima tidak dimasukkan ke
dalam perhitungan, padahal jumlah aliran kas tersebut cukup signifikan.
2.2. Dicounted
Payback Period
Metode ini berusaha menghilangkan kelemahan
payback period yang tidak memperhitungkan nilai waktu uang. Dengan metode ini,
aliran kas di present-value-kan
sebelum dihitung payback period nya.
Metode discounted payback period
tidak bisa menghilangkan kelemahan yang kedua, yaitu tidak memperhitungkan
aliran kas di luar payback period.
2.3. Accounting Rate of
Return (ARR)
Metode ARR menggunakan keuntungan sesudah
pajak, dibagi dengan rata-rata nilai buku investasi selama usia investasi. ARR
mempunyai kelemahan yang mencolok, yang sama dengan payback period. Pertama,
ARR menggunakan ‘input’ yang salah, yaitu laba akuntansi, bukannya aliran kas.
Inoout yang salah akan menghasilkan output yang salah juga (garbage in garbage out). Kedua, ARR
tidak memperhitungkan nilai waktu uang.
2.4. Net Present Value
Net
present value adalah present value
aliran kas masuk dikurangi dengan present
value aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut ini.
NPV
> 0 usulan investasi diterima
NPV
< 0 usulan investasi ditolak
2.5. Internal Rate of
Return
IRR adalah tingkat diskonto (discount rate) yang menyamakan present value aliran kas masuk dengan present value aliran kas keluar.
Keputusan investasi adalah sebagai berikut ini.
IRR > tingkat keuntungan yang
disyaratkan usulan investasi diterima
IRR < tingkat keuntungan yang
disyaratkan usulan investasi ditolak
Tabel
5. Perhitungan IRR secara Manual
Discount rate
|
PV kas masuk
|
PV kas keluar
|
NPV = (2) +
(3)
|
52
53
54
55
56
|
265,5
260,2
255,9
251,8
247,8
|
-256
-256
-256
-256
-256
|
8,5
4,2
-0,1
-4,2
-8,2
|
Pertama,
kita memakai discount rate 52%.
Dengan discount rate tersebut, PV kas
masuk lebih besar dibandingkan PV kas keluar. Kemudian discount rate kita naikkan menjadi 56%. Ternyata PV kas keluar
lebih kecil deibandingkan dengan PV kas masuk. Proses tersebut diulang lagi,
sampai diperoleh hasil ditabel di atas. Dari tabel tersebut nampak bahwa IRR
ada diantara 53-54%. Dengan discount rate
53%, diperoleh NPV = 4,2, sementara dengan discount
rate 54%, diperoleh NPV = -0,1. Perhitungan yang lebih teliti bisa
dilakukan dengan cara interpolasi. Dengan interpolasi, IRR ditemukan sebesar
53,97%.
2.6. Profitability Index
Profitability Index
(PI) adalah present value aliran kas
masuk dibagi dengan present value
aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut ini.
PI > 1 usulan investasi diterima
PI < 1 usulan investasi ditolak
untuk usulan investasi diatas, dengan discount rate
sebesar 20%, PI bisa dihitung sebagai berikut ini.
PI = 513,4 / 256
= 2,01
Karena PI > 1, maka
usulan investasi tersebut layak dilakukan.
ok
BalasHapus