PENILAIAN SURAT BERHARGA
1.
PENILAIAN
OBLIGASI
Obligasi
adalah surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau negara. Jangka waktu
jatuh tempo obligasi bermacam-macam, ada yang relatif pendek seperti satu
tahun, dan ada jangka panjang, yaitu 30 tahun. Bahkan ada obligasi yang
dikeluarkan dengan jangka waktu jatuh tempo yang tidak terbatas. Obligasi
tersebut dinamakan consol. Obligasi
mempunyai ciri pembayaran bunga yang bersifat tetap untuk setiap periodenya.
Beberapa
istilah kunci yang berkaitan dengan obligasi adalah sebagai berikut :
1.
Nilai
Nominal (Par Value)
Nilai
nominal adalah harga yang tercantum pada surat obligasi. Nilai tersebut
mencerminkan harga yang akan dibayarkan oleh penerbit obligasi pada saat jatuh
tempo. Misal suatu obligasi mempunyai nilai nominal sebasar Rp.1 juta. Pada
saat jatuh tempo, pemegang obligasi akan memperoleh uang pengambilan sebesar
Rp. 1 juta dari pihak yang menerbitkan obligasi (di luar bunga).
2.
Kupon
Tingkat Bunga
Kupon
tingkat bunga adalah tingkat bunga (dalam persentase berdasarkan nilai nominal)
yang akan dibayarkan oleh pihak penerbit obligasi. Misal suatu perusahaan
menerbitkan obligasi dengan kupon tingkat bunga sebesar 20% yang akan
dibayarkan setiap tahun selama 10 tahun. Pemegang obligasi akan memperoleh
pembayaran bunga sebesar 20% × Rp. 1 juta = Rp.200.000,00 setiap tahun selama
10 tahun. Periode pembayaran bisa ditentukan oleh pihak penerbit obligasi,
misal setiap tahun atau setiap setengah tahun.
3.
Jatuh
tempo
Jangka
waktu (usia) atau jatuh tempo suatu obligasi biasanya ditetapkan dalam
satuan tahun. Pada saat jatuh tempo,
penerbit obligasi mempunyai kewajiban untuk melunasi pemegang obligasi sebesar
nilai nominalnya. Misalkan jangka waktu obligasi adalah 10 tahun, diterbitkan
tahun 2001. Pada tahun 2011 (sepuluh tahun mendatang), penerbit obligasi akan
melunasi obligasi yang jatuh tempo sebesar nilai nominal (misal Rp.1 juta).
1.1. Penilaian Obligasi Berdasarkan Aliran Kas
Nilai suatu obligasi bisa dihitung sebagai present value dari aliran kas yang akan
diterima di masa mendatang oleh pemegang obligasi. Misalkan suatu obligasi
mempunyai nilai nominal sebesar Rp.1 juta, dengan kupon bunga sebesar 20%,
dibayarkan setiap tahun, jangka wktu 10 tahun. Misalkan tingkat keuntungan yang
disyaratkan untuk obligasi tersebut adalah 20%. Harga obligasi tersebut bisa
dihitung sebagai berikut ini :
Harga = Bunga/(1+kd)1 + Nominal/(1+kd)n
Pada contoh diatas,
pembayaran bunga setiap tahun adalah 20% × Rp. 1 juta = Rp. 200.000. sedangkan
nilai nominal adalah Rp. 1 juta. Dengan demikian harga obligasi tersebut adalah
:
Harga =
Rp.2000.000,00/(1 + 0,2)1+.......+Rp.200.000,00/(1 + 0,2)10
+ Rp.1 juta / (1+0,2)10
Harga = [PVIFA(20%,10)
× Rp.200.000] + [PVIFA(20%,10) × Rp.1 juta]
= (4,1924 × Rp.200.000,00) + (0,1615
× Rp.1 juta)
= 838.480 + 161.500
= 999.980
= Rp. 1 juta (pembulatan karena ada
selisih desimal)
Harga
pasar obligasi tidak akan konstan sepajang usia obligasi tersebut. Tingkat
keuntunga yang disyaratkan (kd) bisa berubah. Tingkat keuntunga yang
disyaratkan tersebut merupakan fungsi dari tingkat keuntungan bebas resiko dan
permi resiko.
Tingkat
keuntungan asat bebas resiko dan premi resiko tergantung dari beberapa faktor
sebagai berikut :
1. Premi
maturily
Jangka waktu (jatuh tempo) yang berbeda
menyebabkan perbedaan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Semakin tinggi jatuh
tempo, akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan.
2. Premi
kebangkrutan
Perusahaan yang mempunyai resiko
kebangkrutan yang lebih tinggi akan meningkatkan tingkat keuntungan yang
disyaratkan. Sebagai contoh, misal perusahaan menerbitkan obligasi. Setelah menerbitkan
obligasi, perusahaan melakukan pinjaman lagi dengan jumlah yang sangat besar,
sehingga menaikkan tingkat utangnya. Semakin tinggi utang, akan semakin tinggi
kemungkinan kebangkrutan, sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan akan
meningkat.
3. Premi
likuiditas
Semakin likuid suatu aset, semakin
rendah tingkat keuntungan yang disyaratkan. Misal, setelah menerbitkan
obligasi,tiba-tiba terjadi krisis moneter yang mengakibatkan kesulitan
likuiditas. Dalam situasi ini tingkat keuntungan yang disyaratkan akan
meningkat.
4. Secara
umum, jika inflasi meningkat maka tingkat
bunga nominal juga akan meningkat, termasuk tingkat bunga investai bebas
resiko. Tingkat bunga nominal bisa dituliskan sebagai berikut :
Tingkat bunga nominal = Tingkat bunga riil + inflasi
1.2.
Yield To Maturity (YTM), Yield To Call (YTC), dan Yield
YTM adalah tingkat keuntungan yang diperoleh
pemegang oblogasi,jika obligasi tersebut dipegang sampai jatuh tempo (mature). Misalkan kita ditawari obligasi
dengan karakteristik kupon bunga 20%, nilai nominal Rp. 1 juta, jangka waktu 10
tahun. Harga penawaran adalah Rp.900.000,00. Kemudian kita berniat memegang
obligasi tersebut sampai jatuh tempo. Berapa tingkat keuntungan atau YTM
investasi pada obligasi tersebut ?
900
ribu = 200 ribu/(1+YTM)1 + ...... + 200 ribu/(1+YTM)10 +
1 juta/(1+YTM)10
Jika
kita menerima tawaran tersebut, kita akan mengeluarkan kas sebesar Rp.900 ribu
pada awal periode, kemudian kita akan menerima kas masuk sebesar Rp.200 ribu,
setiap tahun selama 10 tahun. Pada tahun ke sepuluh, kita akan menerima juga
pokok pinjaman (nilai nominal) sebesar Rp. 1 juta. Yield To Maturity merupakan tingkat bunga yang menyamakan sisi kiri
dengan sisi kanan dalam persamaan diatas. Dengan menggunakan Excel (fungsi IRR), kita bisa memperoleh
YTM sebesar 22,6%. Dengan kata lain meskipun kupon bunga adalah 20%, tetapi
tingkat keuntungan yang efektif adalah 22,6% (lebih besar). Hal ini terjadi karena
kita membayar Rp.900 ribu, lebih rendah dari nilai nominalnya.
Dalam
beberapa publikasi keuangan, seringkali ditemui istilah yield obligasi, atau sering disingkat menjadi yield saja. Yield dihitung
sebagai berikut :
Yield
= Bunga / Harga Pasar Obligasi
Yield bukan merupakan
tingkat keuntungan yang diharapka oleh investor obligasi. Tetapi yield sering
dipakai sebagai indikator tingkat keuntungan, misal untuk menghitung tingkat
keuntungan yang disyaratkan, atau dikaitkan dengan rating obligasi.
1.3. Obligasi dengan Tingkat Bunga Setiap
Semester
Beberapa atau kebanyakan obligasi membayar
bunga tidak setiap tahun, tetapi beberapa kali setiap tahun. Biasanya obligasi
membayar bunga setiap semester (setengah tahun). Perhitungan harga obligasi
dengan bunga setiap semester pada dasarnya sama, tetapi ada beberapa
penyesuaian :
1.
Kupon bunga dibagi dua (karena bunga
dibayar setiap semester).
2.
Jangka waktu obligasi dikalikan dua.
3.
Tingkat diskonto juga dibagi dua.
Betikut ini formula
yang dipakai untuk menghitung obligasi dengan karakteristik seperti yang
disebutkan diatas :
Harga = Bunga/2 / (1+kd/2)1 + Nominal /
(1+kd/2)n
1.4.
Risiko Tingkat Bunga
Tingkat bunga bisa berubah-ubah tergantung
banyak faktor. Sebagai contoh, jika inflasi meningkat, maka tingkat bunga juga
cenderung akan meningkat. Jika seorang investor membeli obligasi dengan tingkat
bunga tetap (misal 20%) selama seputuh tahun, maka ia akan menerima 20% per
tahun selama sepuluh tahun. Jika tingkat bunga meningkat menjadi 30% per tahun,
investor tersebut akan mengalami kerugian (karena hanya memperoleh 20%), dan
sebaliknya. Hal sebaliknya akan terjadi dengan perusahaan yang mengeluarkan
obligasi tersebut (perusahaan tersebut mengalami keuntunga). Dengan kata lain
investor tersebut mengalami risiko penginvestasian kembali (reinvestment risk).
1.4.1.
Jangka
Waktu Obligasi
Eksposur
terhadap risiko tingkat bunga tersebut tergantung dari beberapa faktor. Salah satu
faktor adalah jangka waktu obligasi. Obligasi dengan jangka waktu lebih panjang,
ceteris paribus, mempunyai eksposur
tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi dengan jangka
waktu yang lebih pendek. Sebagai contoh, misal ada dua obligasi yang sama-sama
mempunyai kupon bunga sebesar 20% dengan nilai nominal Rp.1 juta. Obligasi pertama
(A) mempunyai jangka waktu lima tahun, sedangka obligasi ke dua (B) mempunyai
jangka waktu 20 tahun. Misalkan tahun berikutnya tingkat bunga berubah menjadi
25%, 23%, 20% (tetap), 18%, dan 15%. Tabel berikut menyajikan nilai kedua
obligasi untuk tingkat diskonto yang berubah.
Harga Obligasi Jangka
Panjang dan Pendek untuk Tingkat Bunga yang Berbeda
Tingkat Diskonto
|
Obligasi A
|
Obligasi B
|
25%
23%
20%
18%
15%
|
881.920
926.552
1.000.000
1.053.801
1.142.749
|
802.306
871.642
1.000.000
1.107.055
1.312.967
|
1.4.2. Obligasi
Tanpa Bunga dan Obligasi dengan Kupon Bunga
Obligasi
tanpa bunga adalahobligasi yang tidak membayarkan bunga sebelum jatuh tempo. Obligasi
tersebut dinamakan juga sebagai zero
coupon bond atau zeroes. Obligasi
tersebut berbeda dengan obligasi biasa (yang dengan bunga), karena obligasi
biasa membayarkan bunga setiap periode tertentu (misal tahun), sampai jatuh
tempo. Formula untuk menghitung harga obligasi tanpa kupon adalah sebagai
berikut :
Harga = Nilai Nominal /
(1+r)n
Dimana
: r = tingkat bunga
n =
periode
2.
PENILAIAN
SAHAM
Saham
merupakan bukti kepemilikan. Seseorang yang mempunyai saham suatu perusahaan
berarti dia memiliki perusahaan tersebut. Pemegang saham berhak atas dividen,
jika dividen tersebut dibayarkan.
2.1.
Penilaian Saham yang Dipegang Satu Periode
Formula untuk menghitung aliran kas
tersebut adalah sebagai berikut ini :
P0 = PV = D1/(1+ks)1 +
P1/(1+ks)1
Dimana
: P0 =
PV = harga saham yang pantas
D1 = dividen yang akan dibayarkan satu tahun mendatang
P1 = harga saham satu tahun mendatang
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham tersebut
2.2.
Penilaian Saham yang Dipegang Selamanya
Sebagai pemegang saham melihat investasi saham
sebagai investasi jangka panjang. Dalam situasi ini aliran kas yang relavan
untuk pemegang saham adalah dividen, karena diasumsikan saham akan dipegang
selamanya. Model penilaian tersebut sering disebut juga sebagai model penilaian
dividen (dividend valuation model). Karena
akan dipegang selamanya (jangka panjang), investor akan memperoleh dividen,
bukannya capital again. Dengan demikian
harga saham ditentukan oleh nilai sekarang dari aliran kas yang akan diterima
investor dalam bentuk dividen.
Ada
beberapa variasi dalam model tersebut :
(a). Model dividen
konstan.
(b). Model dividen
tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang konstan.
(c). Model dividen
dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda (tidak kontan).
3.
SAHAM
PREFEREN
Saham
preferen mempunyai karakteristik gabungan antara karakteristik saham dengan
obligasi. Saham preferen membayarkan dividen (mirip seperti saham), tetapi
dibayar tetap berdasarkan prsentase tertentu dari nilai nominal saham preferen.
Misalkan
saham preferen mempunyai dividen sebesar 20%, dengan nilai nominal Rp.1.000,00.
Misalkan tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham preferen tersebut
adalah 15%, berapa harga saham preferen tersebut yang pantas ?
Aliran kas pemegang saham preferen bisa
digambarkan sebagai berikut ini.
Harga = Rp.200,00/(1+0,15)1 +
Rp.200,00/(1+0,15)2 + .... + Rp.200,00/(1+0,15)~
Dividen yang diterima
oleh pemegang saham preferen adalah 20% × Rp.1.000,00 = Rp.200,00. Diasumsikan dividen
tersebut akan dibayar secara reguler per tahun, dan saham preferen dipegang
selamanya. Harga tersebut bisa dihitung sebagai berikut ini :
Harga = 200 / 0,15 = Rp. 1.333,00
Dengan demikian formula
untuk menghitung harga saham preferen adalah :
PV = ( D / kp )
Dimana
: PV =
harga saham preferen
D = dividen saham preferen
kp = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham preferen
tersebut
4.
PENILAIAN
SUATU PERUSAHAAN
Pembicaraan
sebelumnya memfokuskan konsep penialaian untuk surat berharga. Meskipu demikian,
konsep penilaian juga bisa dilakukan, dan sering dilakukan, untuk menilai aset
lainnya. Sebagai contoh, jika manajer keuangan ingin mengakuisis (membeli)
perusahaan lain, maka dia harus mengajukan harga penawaran. Untuk mengajukan
harga penawaran tersebut, akan lebih baik jika ia mengetahui harga atau nilai
yang pantas (seharusnya) untuk perusahaan tersebut. Sebagai contoh : nilai yang
pantas untuk perusahaan tersebut adalah Rp.100 miliar. Manajer akan berusaha
menawar tidak lebih dari Rp.100 miliar untuk harga perusahaan yang akan dibeli
tersebut.
Konsep
penilaian seperti yang telah dibicarakan sebelumnya bisa dipakai untuk
menghitung nilai yang pantas tersebut. Sama seperti sebelumnya, pada dasarnya
kita ingin menghitung present value
dari aliran kas yang akan dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Misalkan kita
ingin menilai harga perusahaan Hershey Food. Yang kita perlukan adalah mem-forecast (meramal) aliran kas yang akan
diterima oleh investor (pemegang saham dan pemegang utang) untuk waktu tidak
terhingga. Ada dua yang harus diperhatikan :
1. Fokus
kita adalah aliran kas, bukannya laba atau rugi akuntansi.
2. Kita
memfokuskan pada aliran kas total yang akan diterima oleh semua investor
(pemegang saham dan pemegang utang).
ok
BalasHapus