MODEL KESEIMBANGAN RISIKO DAN RETURN : CAPITAL ASSET PRICING MODEL
1.
HUBUNGAN
POSITIF ANTARA RISIKO DENGAN RETURN
Dalam pasar keuangan
yang efisien, dan jika investor tidak suka risiko (risk-averse), maka kenaikan risiko harus dikompensasi oleh tingkat
keuntungan yang lebih tinggi. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat
keuntungan yang diharapkan. Misalkan ada dua aset (A dan B) yang harganya tahun
depan diperkirakan sama yaitu Rp.1000,00. Saat ini harga nya sama yaitu
Rp.750,00. Tingkat keuntungan yang diharapkan jika kita membeli saat ini adalah
:
E(R) =
[(Rp.1000,00 – Rp.750,00) / Rp.750,00 ] × 100% = 33%
Misalkan risiko A
meningkat, sementara risiko B menurun. Investor semakin tidak tertarik membeli
A, sementara investor akan semakin tertarik untuk membeli B. Harga aset A
semakin turun, sedangkan harga aset B meningkat. Misalkan harga A menurun dari
Rp.750,00 menjadi Rp.600,00, sedangkan harga B meningkat dari Rp.750,00 menjadi
Rp.800,00. Tingkat keuntungan yang diharapkan untuk keduanya juga berubah.
E(RA) =
[(Rp.1.000,00 – Rp.600,00) / Rp.600,00] × 100% = 67%
E(RB) =
[(Rp.1.000,00 – Rp.800,00) / Rp.800,00] × 100% = 25%
Tingkat keuntungan yang
diharapkan untuk A meningkat, sementara tingkat keuntungan yang diharapkan
untuk B menurun. Kenaikan/penurunan tersebut adalah sedemikian rupa sehingga
kompensasi atas kenaikan/penurunan risiko bisa tercapai.
Meskipun argumen di
atas cukup memyakinkan, pertanyaan berikut adalah bagaimana dengan bukti
empiris, apakah sesuai atau tidak dengan prediksi hubungan positif antara
risiko dengan return. Tabel berikut
ini menyajikan return dan risiko
untuk beberapa sekuritas di Amerika Serikat dari tahun 1926-1999.
Tabel.
Return dan Risiko untuk Beberapa Jenis Sekuritas
|
Tingkat
keuntungan Rata-rata
|
Standar
Deviasi
|
Excess Return atas T-Bond
|
Saham Perusahaan Kecil
Saham Perusahaan Besar
Obligasi Perusahaan
Jangka Panjang
Obligasi
Pemerintah
Jangka Panjang
Treasury Bills
Inflasi
|
17,6%
13,3
5,9
5,5
3,8
3,2
|
33,6%
20,1
9,3
8,7
3,2
4,5
|
12,1
7,8
0,4
|
Treasury
Bills adalah utang yang dikeluarkan oleh pemerintah
Amerika Serikat dengan jangka waktu kurang dari satu tahun. Sedangkan obligasi
dengan jangka waktu yang panjang (lebih dari satu tahun) disebut sebagai
obligasi jangka panjang pemerintahh (Treasury
Bond atau T-Bond). Sekuritas pada
tabel diatas disusun berdasarkan risiko default
(resiko tidak bisa membayar kewajibannya) yang paling tinggi. Saham
perusahaan kecil mempunyai risiko paling tinggi, karena perusahaan kecil
merupakan perusahaan yang belum mapan, sehingga tingkat ketidakpastiannya
sangat tinggi. Obligasi perintah mempunyai kemungkinan default yang kecil, karena kemungkinan pemerintah Amerika Serikat default cukup kecil. Treasury Bills
mempunyai risiko yang lebih kecil karena jangka waktunya lebih pendek. Dari
segi investor, instrumen keuangan dengan jagka waktu yang lebih pendek
mempunyai tingkat kepastian pengembalian yang lebih tinggi, karena itu
mempunyai risiko yang lebih kecil.
2.
CAPITAL
ASSET PRICING MODEL
2.1. Asumsi CAPM
Sama
seperti model lainnya, CAPM menggunakan beberapa asumsi, yaitu :
1. Investor
memfokuskan pada periode kepemilikan tunggal, mereka mencoba memaksimumkan
tingkat kepuasan mereka (expected utility)
dengan memilih alternatif portofolio dengan menggunakan basis tingkat
keuntungan yang diharapkan dan standar deviasi.
2. Investor
bisa meminjam dan meminjamkan dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat
bunga bebas risiko, dan tidak ada pembatasan terhadap short-sales.
3. Investor
mempunyai perkiraan tingkat keuntungan yang diharapkan, varians, dan kovarians
atar-aset, yang sama satu sama lain. Jika investor yang satu memperkirakan
tingkat keuntungan aset X adalah 15%, maka investor lainnya juga memperkirakan
15%. Dengan kata lain, pengharapan investor adalah homogen (homogenous expectation).
4. Aset
bisa dibagi-bagi secara sempurna (perfectly divisible) dan likuid sempurna
(bisa dijual pada harga pasar saat ini).
5. Tidak
ada biaya transaksi.
6. Tidak
ada pajak.
7. Investor
tidak bisa mempengaruhi harga, semuanya price
takers (harga ditentukan oleh pasar). Situasi semacam ini terjadi di pasar
persaingan sempurna. Seorang investor sanagt kecil ukurannya dibandingkan
dengan pasar.
8. Kuantitas
semua aset sudah ditentukan.
2.2. Capital Market Line (CML)
Misalkan ada investasai
bebas berisiko. Investasi risiko adalah investasi yang praktis tidak mempunyai
risiko default (kebangkrutan). Contoh
investasi tersebut adalah obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah (misal oleh
pemerintah Amerika Serikat, yang disebut treasury
bond atau treasury bills, karena
praktis pemerintah Amerika Serikat tidak akan bangkrut, atau deposito yang
dikeluarkan oleh bank pemerintah di Indonesia, karena bank tersebut dijamin
oleh pemerintah Indonesia).
Separation principles
mengatakan bahwa keputusan investasi seorang investor terdiri dari dua tahap :
1. Investor
akan mengetimasi risiko (standar deviasi), return yang diharapkan, dan
kovarians antar return aset, untuk semua alternatif investasi yang ada. Kemudian
akan membentuk set yang efisien untuk aset yang berisiko. Kemudian dia akan
menentukan titik persinggungan dengan aset bebas risiko. Dalam tahap ini,
preferensi individual (toleransi risiko) tidak berpengaruh terhadap pemilihan
titik tersebut. Investor yang toleran maupun tidak suka terhadap risiko akan
memilih titik M tersebut. Dan karena asumsi pengharapan yang homogen damal
CAOM, maka semua investor akan sampai pada titik M yang sama.
2. Setelah
titik M ditentukan, dia akan melakukan kombinasi dengan aset bebas risiko (Rf)
sedemikian rupa sehingga preferensi individunya akan terpenuhi. Sebagai contoh,
investor yang tidak suka dengan risiko akan menggabungkan 50% investasi bebas
risiko dan 50% investasi berisiko.
Keputusan (1) sering
disebut juga sebagai keputusan investasi, sedangkan keputusan (2) bisa juga
disebut sebagai keputusan pendanaan (karena meminjam atau meminjamkan dengan
tingkat bunga Rf). Karena itu separation
principle juga bisa dikatakan sebagai prinsip pemisahan keputusan investasi
dengan keputusan pendanaan. Keputusan investasi dan pendanaan tidak terkait
satu sama lain.
2.3. Security
Market Line (SML)
Garis SML (Security Market Line) menjelaskan
hubungan antara risiko dengan return untuk semua aset. Garis tersebut
diturunkan dari CML. Setelah melakukan beberapa manipulasi dan asumsi, gambar
berikut ini diperoleh.
Garis SML bisa dituliskan sebagai berikut ini.
E(Ri) =
Rf + [(E(RM) – Rf) / (βM
– βRf) ] βi
Karena βRf = 0 (aset
bebas risiko), dan βM
didefinisikan sebagai 1, maka persamaan SML diatas bisa ditulis lagi sebagai
berikut ini.
E(Ri) = Rf + [(E(RM) – Rf)] βI
Diman E(Ri) =
tingkat keuntungan yang diharapkan untuk aset i
Rf = tingkat keuntungan aset bebas risiko
E(RM) = tingkat keuntungan pasar yang diharapkan
Î’i =
risiko sistematis aset i
Persamaan
diatas bisa diinterprestasikan sebagai berikut. Tingkat keuntungan yang
diharapkan yang diharapkan untuk sekuritas i sama dengan tingkat keuntungan
bebas risiko ditambah dengan premi risiko. Rf bisa ditafsirkan sebagai
kompensasi ats risiko sistematis. Return bebas risiko bisa diambilkan dari
obligasi yang dikeluarka pemerintah (misal treasury bond atau bills, surat
utang yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat) atau dposito bank
pemerintah di Indonesia (bank pemerintah dijamin oleh pemerintah). Pemerintah Amerika
Serikat dianggap tidak akan bangkrut, demikian juga dengan pemerintah
Inadonesia.
2.4. Capital
Asset Pricing Model
(CAPM)
Secara
spesifik CAPM mempunyai dua tujuan :
1. Menjelaskan
hubungan antara risiko dengan return.
2. Menjelaskan
kondisi keseimbangan dalam pasar keuangan.
3.
PERUBAHAN
PADA GARIS SML
3.1. Perubahan Intercept
Misalkan
inflasi adalah 10%. Misalkan tingkat bunga aset bebas risiko riil adalah 5%. Tingkat
bunga nominal dengan demikian adalah :
Tingkat
bunga nominal = tingkat bunga riil
+ premi inflasi
15% = 10% + 5%
Tingkat keuntungan aset
bebas risiko adalah 15%. Misal inflasi meningkat menjadi 15%. Tingkat keuntungan
aset bebas risiko nominal berubah menjadi 15% + 5% = 20%. Rf dengan demikian
berubah dari 15% menjadi 20%. Perubahan tersebut mengakibatkan SML bergeser ke
atas, karena Rf yang baru lebih besar dibandingkan dengan Rf yang lama, seperti
terlihat pada gambar berikut ini.
Bagan 1. Perubahan SML
Paralel
3.2. Perubahan Slope
Misalkan kondisi
ekonomi menjadi semakin memburuk, ketidakpastian menjadi semakin tinggi. Risiko
dalam situasi tersebut akan meningkat. Premi risiko akan semakin meningkat,
yang berarti slope dari garis SML akan 10%. Premi risiko dihitung melalui slope
dari SML, yaitu :
Slope = (E(RM) – Rf) / (βM – βRf)
Karena βM = 1 dan βRf = 0, maka premi risiko adalah 20 – 10
= 10%. Mialakan risiko meningkat, maka premi risiko juga meningkat. Misalkan tingkat
keuntungan bebas risiko tetap, kenaikan premi risiko akan disebabkan oleh
kenaikan tingkat keuntungan pasar yang diharapkan. Misal tingkat keuntungan
pasar yang diharapkan meningkat menjadi 25%. Premi risiko yang baru adalah
25-10 = 15%.
Bagan 2. Perubahan
Slope SML
Untuk aset yang mempunyai risiko sistematis = 0,9,
tingkat keuntungan yang diharapkan untuk aset tersebut dua kondisi yang berbeda
tersebut adalah :
E(Ri)
lama = 10% + 0,9 (20% - 10%) = 19%
E(Ri)
baru = 10% + 0,9 (25% - 10%) =
23,5%
Perhatikan tingkat
keuntungan yang disyaratkan semakin meningkat dengan meningkatnya premi risiko.