Minggu, 29 Oktober 2017

BAB 7


PENGANGGARAN MODAL : ISU LANJUTAN


1.        PROYEK DENGAN USIA BERBEDA
1.1.  Menyamakan Usia
Proyek A memiliki usia 3 tahun, sedangkan proyek B memiliki usia 6 tahun. Keduanya bisa disamakan menjadi usia 6 tahun. Proyek 

      NPVA    = -640 ribu + 320/(1,1)2 + 320/(1,1)3 + 320/(1,1)4 + 320/(1,1)5 +   320/(1,2)6 =  +  273 ribu
      NPVB    = -840 ribu + 240/(1,1)2 + 240/(1,1)3 + 240/(1,1)4 + 240/(1,1)5 + 240/(1,1)6 =  + 205 ribu 

Perhitungan NPV dengan menyamakan usia kedua proyek tersebut menunjukkan bahwa proyek A lebih dipilih dibandingkan proyek B. Metode menyamakan usia proyek mempunyai kelemahan. Jika horison waktu suatu proyek cukup panjang, metode tersebut tidak cukup praktis. Misalkan satu proyek mempunyai usia 11 tahun, sedangkan yang lainnya 19 tahun. Common factor untuk keduanya adalah 11 × 19 = 209 tahun. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, metode Equivalent Annual NPV bisa dilakukan.

1.2.   Equivalent Annual NPV (EAN)
 Metode ini mengubah NPV yang dihitung menjadi angka NPV tahunan. Asumsi yang dipakai oleh metode ini adalah proyek yang ada sekarang akan dilakukan terus-menerus. Perhitungan Equivalent Annual NPV adalah sebagai berikut ini.

       Eq An NPV      = NPVn / PVIFA(r,n)

Dimana :     NPV             =  present value proyek
                   PVIFA(r,n)     = present value factor annuity didasarkan pada tingkat keuntungan    yang disyaratkan dan usia proyek.

1.3.   Pertimbangan Lanjut
       Analisis investasi untuk dua proyek dengan usia berbeda dilakukan untuk dua proyek yang mutually exclusive (kita harus memilih salah satu), jika dua proyek tersebut independen, maka tidak perlu dilakukan analisis seperti itu. Hal lain yang perlu dilakukan adalah analisis tersebut mengasumsikan kondisi yang sama selama umur proyek tersebut, tingkat inflasi dan teknologi dianggap sama. Jika kita memperkirakan tingkat inflasi atau teknologi berbeda, sehingga menyebabkan aliran kas keduanya berubah, maka kita harus memasukkan efek tersebut ke dalam perkiraan aliran kas. Sebagai contoh, misalkan kita memperkirakan bahwa pada akhir tahun kelima akan muncul produk baru yang mempunyai teknologi yang sangat baik, sehingga peralatan A dan B mau tidak mau harus diganti. Peralatan A dan B tidak mempunyai nilai residu, karena peralatan baru tersebut, yang teknologinya yang baru, membuat peralatan lama tidak punya nilai. Pada tahun keenam, tidak ada lagi kas masuk yang dihasilkan, karena kedua peralatan tersebut sudah dinonaktifkan, diganti peralatan baru. NPV keduanya bisa dihitung sebagai berikut ini. 

       NPVA    = -640 ribu + 320/(1,1)1 + 320/(1,1)2 + 320/(1,1)3 + 320/(1,1)4 + 320/(1,1)5 = + 92 ribu
       NPVB    = -840 ribu + 240/(1,1)1 + 240/(1,1)2 + 240/(1,1)3 + 240/(1,1)4 + 240/(1,1)5 = + 70 ribu 

Setelah memasukkan informasi teknologi baru, usulan investasi A masih tetap lebih menarik dibandingkan dengan usulan investasi B.
Secara umum, jika ada perubahan teknologi atau faktor lain yang akan mempengaruhi aliran kas, maka penyesuaian harus dilakukan. Yaitu dengan melakukan penyesuaian terhadap aliran kas masa mendatang. Penyesuaian dilakukan dengan, misal : mengasumsikan berhentinya proyek lama, dengan mengganti dengan proyek yang lebih baru (yang memasukkan teknologi baru).

2.        PENGARUH INFLASI
Jika suatu perekonomian mengalami inflasi yang cukup tinggi, bagaimana efeknya terhadap analisi infestasi ? Jika aliran kas dan tingkat keuntungan yang disyaratkan menggunakan aliran kas normal, dan tingkat inflasi yang dipakai keduanya sama, maka tingkat inflasi keduanya akan saling menghilangkan. Dengan demikian kita tidak perlu melakukan apa-apa. Yang menjadi masalah jika tingkat keduanya tidak sama.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam kaitannya dengan inflasi :
1.      Pengaruh inflasi dan dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam aliran kas, karena tingkat keuntungan yang disyaratkan biasanya sudah dimasukkan inflasi yang diharapkan (investor sudah memasukkan inflasi ke dalam tingkat keuntungan yang diharapkan).
2.      Jika imflasi tidak homogen di dalam suatu perekonomian, akan lebih baik jika kita menggunakan tingkat inflasi per sektor perekonomian.
3.      Perubahan harga yang tidak dikarenakan inflasi, misal karena perubahan permintaan dan penawaran, yang akan mempengaruhi aliran kas, sebaiknya juga dimasukkan ke dalam analisis.

3.        ANALISIS RISIKO INVESTASI
3.1.  Analisis Sensitivitas
Analisis NPV yang sudah dibicarakan sebelumnya belum banyak membahas risiko usulan investasi. Salah satu kecenderungan analisis NPV adalah diperolehnya usulan investasi yang mempunyai nilai NPV yang positif.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih realistis mengenai analisis NPV, analisis NPV bisa dilengkapi dengan analisis sensitivitas. Dalam analisis sensitivitas, kita akn menghitung NPV jika parameter-parameter dalam analisis berubah. Misalkan manajer keuangan seang mempertimbangkan usulan investasi sebagai berikut ini, investasi awal adalah Rp. 1.000,00 juta,  dengan jangka waktu lima tahun, tidak ada nilai residu. Perhitungan laba-rugi dan aliran kas tahunan adalah sebagai berikut ini.

Tabel. Perhitungan Aliran Kas Masuk Usulan Investasi


Laporan Laba-Rugi
(juta Rp)
Aliran Kas
(juta Rp)
Penjualan (1.000 unit)
Biaya Variabel (30%)
Biaya Tetap
Depresiasi
Laba Sebelum Pajak
Pajak (40%)
Laba Sesudah Pajak
Aliran Kas
2.000
   600
   800
   200
1.600
   400
   160
   240
1.800
   (540)
   (800)
  -
  -
   104
  -
   356

Tingkat keuntungan yang disyaratkan (WACC/weighted average cost of capital) adalah 20%. Dengan demikian NPV usulan investasi tersebut adalah

            NPV = -1.000 + 440 / (1,2)1 + ............... + 440 / (1,2)5 = + 316

Karena NPV yang dihasilkan adalah positif Rp.316 juta, maka proyek tersebut layak dilakukan.

3.2.  Analisis Skenario
Selain menggunakan analisia sensitivitas, manajer keuangan juga bisa melakukan analisis skenario. Pada analisis skenario, manajer keuangan mengindentifikasi skenario tertentu, kemudian menghitung NPV berdasarkan skenario tersebut. Berbeda dengan analisis sensitivias, dimana hanya satu variabel berubah, dan mengasumsikan variabel lain konstan, pada analisis skenario, variabel-variabel bia berubah secara bersamaan untuk setiap skenarionya. Misalkan manajer keuangan memperkirakan tiga skenario, yaitu kondisi ekonomi jelek, normal, dan baik. Untuk setiap skenario, berikut ini angka-angka untuk setiap variabelnya, dan NPV yang diperoleh. Seperti sebelumnya, kita memfokuskan pada empat variabel.

Tabel. NPV untuk Tiga Skenario Perekonomian
Parameter
Jelek
Normal (yang diharapkan)
Baik
Probabilitas
0,2
0,5
0,3
Jumlah kuantitas terjual
Harga per unit
Biaya Tetap
Investasi Awal
800 unit
Rp 1,5 juta
Rp 800 juta
Rp 1.000 juta
1.000 unit
Rp 2 juta
Rp 800 juta
Rp 1.000 juta
1.200 unit
Rp 2 juta
Rp 800 juta
Rp 1.000 juta
NPV
    -688.976.337
315.869.342
818.292.181

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jika perekonomian menjadi jelek, perusahaan akan mengalami kerugian besar (NPV sebesar -689 juta). Seberapa besar proyek tersebut, akan tergantung dari probabilitas kondisi perekonomian menjadi jelek. Misalkan probabilitas untuk setiap kondisi perekonomian adalah 20%, 50%, dan 30%, untuk kondisi jelek, normal, dan baik, berturut-turut, NPV yang diharapkan adalah :

       NPV yang diharapkan         = (0,2 × -688.976.337) + (0,5 × 315.869.342) + (0,3 × 818.292.181)
                                                    =  265.627.058
       Standar deviasi                    =  524.544.844

Manajer keuangan memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai risiko usulan investasi tersebut, dengan melakukan analisis sensitivitas dan skenario.

3.3.  Analisis Simulasi
Simulasi memperhalus analisis sensitivitas lebih lanjut. Dalam analisis simulasi, manajer keuangan mengubah-ubah variabel yang relavan, kemudian melihat efeknya pada NPV. Perubahan dilakukan secara simultan, kemudian perhitungan efek terhadap NPV dilakukan beberapa kali sehingga akan diperoleh distribusi NPV. Simulasi akan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan software atau program komputer.
Sebagai ilustrasi, misalkan kita ingin melakukan simulasi terhadap usulan investasi dimuka. Misal, kita memfokuska pada satu variabel yang akan disimulasikan, yaitu penjualan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
1.      Menghitung distribusi probabilitas penjualan berdasarkan data historis atau perkiraan lainnya. Setelah diperoleh distribusinya, kita bisa menentukan angka random yang berkaitan dengan masing-masing skenario tingkat penjualan. Berikut ini distribusi probabilitas penjualan yang diperoleh.

Tabel. Angka Random untuk Skenario Penjualan
Tingkat Penjualan
(Rp juta)
Probabilitas
Angka Random
1.500
1.700
2.000
2.200
2.500
3.000
0,1
0,2
0,3
0,2
0,1
0,1
00-09
10-29
30-59
60-79
80-89
90-99

Hukum probabilitas mengatakan bahwa (1) probabilitas harus lebih besar atau sama dengan 0, dan (2) jumlah probabilitas harus satu. Kolom (2) tabel diatas menunjukkan hal tersebut. Tingkat penjualan RP.2000,00 mempunyai probabilitas yang paling besar yaitu 30%. Kolom paling kanan menujukkan angka random, dengan skala 0 samapi 99, yaitu berkaitan dengan masing-masing skenario penjualan.
2.      Memperoleh angaka random. Tabel angka random atau program komputer bisa digunakan untuk menghasilkan angka random dengan skala 0 sampai 99. Kita bisa melakukan run (perhiungan) samapi 100, atau 1.000 kali, tetapi sebagai ilustrasi, misalkan kita melakukan 10 kali run (perhitungan). Sepuluh kali run tersebut menghasilkan angka random seperti dalam tabel ini.
Tabel. NPV Hasil Simulasi (10 Run)
Run
Angka Random yang Dihasilkan
Tingkat Penjualan yang Berkaitan
NPV
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
6
22
95
2
17
63
29
58
24
1.700
1.500
1.700
3.000
1.500
1.700
2.200
1.700
2.000
1.700
-60.947.788
      -312.159.208
-60.947.788
     1.571.926.440
      -312.159.208
-60.947.788
567.080.761
-60.947.788
315.869.342
-60.947.788


Rata-rata NPV
Standar Deviasi
Rp 153 juta
Rp 565 juta

Kolom kedua menyajikan angka random yang diperoleh melalui program spreadsheet. Setelah angka random diperoleh, kolom ketiga menyajikan tingkat penjualan yang berkaitan dengan angka random tersebut (dari tabel sebelumnya). Setelah penjualan ditentukan, NPV bisa dihitung. Kolom paling kanan menyajikan NPV yang diperoleh. Dengan melakukan sepuluh kali run, rata-rata NPV yang diperoleh adalah positif Rp 153 juta, dengan standar deviasi Rp 565 juta.

Minggu, 22 Oktober 2017

BAB 6



ANALISIS PENGANGGARAN MODAL
(ANALISIS USULAN INVESTASI)



1.        MENAKSIR ALIRAN KAS
1.1.  Beberapa Pertimbangan dalam Menaksir Aliran Kas
Dalam analisis keputusan investasi, ada beberapa langkah yang akan dilakukan :
(1). Menaksir aliran kas dari investasi tersebut.
(2). Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang.
(3). Mengevaluasi investasi tersebut dengan kriteria investasi seperti pay-back period, NPV, dan IRR.
(4). Mengambil keputusan, apakah investasi diterima atau tidak.
Langkah pertama dan keempat merupakan langkah yang paling sulit (menurut hemat penulis). Pertama, implikasi aliran kas dari suatu investasi tentu saja sulit diidentifikasi dan dikuantifikasikan. Sebagai contoh, jika kita ingin mendirikan pabrik komputer, maka kita harus mengestimasi penjualan dan biaya yang berkaitan dengan komputer. Tentu saja hal tersebut sulit dilakukan, apalagi kalau kita ingin memperoleh ketepatan angka yang tinggi. Hanya seorang analis yang mempunyai spesifikasi yang khusus yang bisa menghitung aliran kas dengan ketepatan yang baik.
Dalam menaksir aliran kas, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan :
1.      Aliran kas versus keuntungan akuntansi.
2.      Incremental cash flow : sunk cost, biaya kesempatan (opportunity cost) dan kanibaliasi pasar.
3.      Fokus pada aliran kas karena keputusan investasi, bukan karena keputusan pendanaan.

1.1.1.  Aliran Kas versus Keuntungan Akuntansi.
Fokus dari manajemen keuangan dan analisis investasi adalah kas, bukannya keuntungan akuntansi. Keuntungan akuntansi tidak selalu berarti aliran kas. Sebagai contoh, penjualan sebagian barangkali merupakan kredit, sehingga belum ada kas yang masuk. Item biaya tertentu, seperti depresiasi, juga tidak melibatkan kas. Dalam perhitungan depresiasi, tidak ada aliran kas yang berpindah tangan. Contoh perhitungan ini menunjukkan perbedaan antara aliran kas dengan kuntungan akuntansi.
Misal perusahaan mempunyai usulan investasi. Perkiraan laporan laba-rugi tahunan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Perbandingan Basis Cash Flow dan Laporan Laba-Rugi Akuntansi

Laporan Laba-Rugi
Kas Masuk/Keluar
Penjualan
Biaya tunai (kas)   Rp. 70.000,00
Depresiasi              Rp. 50.000,00
Laba sebelum pajak
Pajak (40%)
Laba setelah pajak
Rp. 150.000,00

Rp. 120.000,00
Rp. 150.000,00
(Rp.   70.000,00)
-

(Rp. 12.000,00)
Rp.   30.000,00
Rp.   12.000,00
Rp.   18.000,00
Rp.  68.000,00

Penjualan diasumsikan berupa kas. Berapa aliran kas tahunan yang dihasilkan investasi tersebut? Kolom sebelah kanan menujukan item-item kas di laporan laba-rugi. Dengan hanya memasukkan item-item kas, aliran kas masuk adalah Rp. 68.000,00 per tahun. Kaitan antara laba setelah pajak, depresiasi, dan aliran kas bisa dituliskan sebagai berikut ini.

Aliran kas     = Laba setelah pajak + depresiasi
                     = 18.000 + 50.000
                     = 68.000
Cara yang langsung bisa dilakukan dengan mengidentifikasi item-item mana yang termasuk kas masuk dan mana yang termasuk kas keluar.  

1.1.2.  Incremental Cash Flow
Aliran kas yang akan kita perhitungkan adalah aliran kas yang muncul karena keputusan menjalankan investasi yang sedang dipertimbangkan. Aliran kas yang tidak releven tidak akan msuk dalam analisis. Aliran kas yang releven tersebut sering diberi nama sebagai incremental cash flow. Contoh aliran kas yang tidak releven adalah sunk cost. Sunk cost adalah biaya yang sudah ditanam, dan sudah hilang. Keputusan menerima atau menolak usulan investasi tidak akan dipengaruhi oleh sunk cost. Contoh sunk cost adalah biaya fesibility study (studi kelayakan), biaya riset pemasaran. Biaya tersebut sudah keluar pada waktu analisis investasi dilakukan. Hasil riset atau studi kelayakan barangkali akan menjadi masukan (mempengaruhi) bagi analisis, tetapi uang yang sudah dikeluarkan tidak akan mempengaruhi keputusan apakah investasi dilakukan apa tidak.
Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah item lain yang perlu diperhatikan. Sebagai contoh, jika suatu usulan investasi dilakukan, investasi tersebut akan menggunakan gudang. Gudang tersebut sebenarnya bisa disewakan. Karena digunakan oleh proyek baru tersebut, gudang tersebut tidak bisa disewakan. Untuk analisis investasi, gudang tersebut mempunyai biaya kesempatan. Dengan demikian sewa yang hilang tersebut harus dimasukkan sebagai elemen biaya.
Kanibalisasi produk juga merupakan item yang relevan.jika produk baru diluncurkan, sebagai pembeli potensial akan meninggalkan produk lama dan beralih ke produk baru. Efek bersih dari produk baru dengan demikian tidak setinggi semula, karena kenibalisasi (yang memangsa produk lama) harus dikurangkan dari perhitungan semula.

1.1.3.  Fokus pada Keputusan Pendanaan
Dalam analisis investasi, fokus kita adalah pada aliran kas yang dihasilkan melalui keputusan investasi. Aliran kas yang dihasilkan dari keputusan pendanaan harus dihilangkan/dikeluarkan dari analisis. Alasan lainnya adalah, keputusan pendanaan masuk ke dalam perhitungan tingkat discount rate yang dipakai (WACC atau weighted average cost of capital). Jika biaya bunga juga dimasukkan ke dalam perhitungan aliran kas (sebagai pengurang aliran kas masuk), maka terjadi proses double counting, atau perhitungan ganda. Kas masuk dikurangi biaya bunga, sementara kas masuk didiskontokan dengan WACC yang memasukkan keputusan pendanaan. Dengan kata lain, efek keputusan pendanaan hanya akan terlihat ditingkat diskonto (discount rate), bukan pada perhitungan aliran kasnya.
Misalkan laporan laba-rugi menunjukkan angka-angka sebagai berikut ini.
Tabel 2. Perbandingan Basis Cash Flow dan Laporan Laba-Rugi Akuntansi dengan Memasukkan Bunga (Keputusan Pendanaan)

Laporan Laba-Rugi
Kas Masuk/Keluar
Penjualan
Biaya tunai (kas) Rp. 70.000,00
Depresiasi           Rp. 50.000,00
Bunga                 Rp. 20.000,00
Laba sebelum pajak
Pajak (40%)
Penyesuaian pajak
(0,4 × Rp. 20.000,00)
Laba setelah pajak
Rp. 150.000,00


Rp. 140.000,00
Rp. 150.000,00
(Rp. 70.000,00)
-
-


(Rp.   4.000,00)
(Rp.   8.000,00)
       Rp.   10.000,00
RP.     4.000,00
Rp.     6.000,00
Rp. 68.000,00

Berapa aliran kas masuk yang sebenarnya (yang didasarkan hanya atas keputusan investasi)? Perhatikan laporan laba-rugi tersebut sama dalam segala hal dengan laporan sebelumnya (laporan laba-rugi tanpa memasukkan bunga). Sebagai contoh, penjualan sama-sama Rp.150.000,00. Satu-satunya perbedaan adalah laporan diatas memasukkan bunga, sementara yang sebelumnya belum memasukkan bunga. Aliran kas yang diakibatkan oelh keputusan pendanaan (bunga dalam hal ini) harus dikeluarkan. Kolom paling kanan menunjukkan kas yang relevan. Perlakuan bunga membutuhkan perhatian tersendiri, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Karena itu penyesuaiannya menggunakan (1 - Pajak) × bunga. Perhitungan aliran kas yang mengeluarkan efek bunga (pendanaan) adalah :
Aliran kas   = Laba bersih + depresiasi + {(1 – tingkat pajak) × bunga}
                   = 6.000 + 50.000 + {(1 – 0,4) × 20.000} = 68.000
Dengan demikian aliran kas tersebut sama seperti aliran kas sebelumnya. Hal semacam itu yang diharapkan, karena kedua laporan laba-rugi tersebut pada dasarnya sama, kecuali untuk keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan tidak dimasukkan ke dalam perhitungan aliran kas dalam analisis investasi.

1.2.   Jenis-jenis Aliran Kas berdasarkan Dimensi Waktu  
Berdasarkan dimensi waktu, aliran kas bisa digolongkan ke dalam tiga jenis :
1.      Aliran kas awal (initial cash flow)
2.      Aliran kas operasional (operation cash flow)
3.      Aliran kas terminal (terminal cash flow)

1.3.   Ilustrasi Perhitungan Aliran Kas suatu Usulan Investasi
Untuk memperjelas perhitungan aliran kas suatu usulan investasi, bagian berikut ini memberikan ilustrasi perhitungan tersebut. Suatu produk akan diluncurkan dengan jangka waktu lima tahun. Berikut ini informasi yang relevan. Biaya investasi sebesar Rp.10.000,00. Depresiasi dilakukan dengan garis lurus selama lima tahun, per tahunnya adalah Rp. 16.000,00. Pada akhir proyek, aset tersebut diperkirakan bisa dijual dengan harga Rp. 30.000,00. Jika dilaksanakan, proyek tersebut akan memakai fasilitas gudang yang sedianya bisa dijual dengan harga Rp.150.000,00. Nilai buku saat ini Rp.140.000,00. Pada akhir proyek, gudang tersebut bisa dijual dengan harga Rp.150.000,00. Nilai buku saat itu diperkirakan Rp.130.000,00. Investasi untuk modal kerja adalah Rp.10.000,00, Rp.15.000,00, dan Rp.15.000,00 pada tahun ke-0, 1, dan 2. Sebelum proyek tersebut diluncurkan, perusahaan tersebut akan memakan pangsa pasar produk lama. Kerugian yang dialami karena kanibalisasi tersebut diperkirakan Rp.5.000,00 per tahun, selama lima tahun. Penjualan diperkirakan Rp.300.000,00 per tahun. Biaya operasional diperkirakan Rp. 50.000,00 per tahun. Penjualan dan biaya operasional diasumsikan berupa kas. Pajak adalah 40%. Untuk proyek tersebut, perusahaan meminjam sebesar Rp.50.000,00 dengan tingkat bunga 20% per tahun. Biaya modal rata-rata tertimbang (discount rate) adalah 20%.
Yang pertama perlu dilakukan adalah memperkirakan aliran kas masuk dan keluar. Aliran kas masuk rutin diperoleh dari kegiatan operasional. Berikut ini perhitungan aliran kas operasional.
Tabel 3. Perhitungan Kas Operasional

Laporan Laba-Rugi Akuntansi
Aliran Kas
Penjualan
Biaya operasional
Depresiasi
Laba operasional
Pajak (40%)
Laba bersih
300.000
  50.000
  16.000
300.000
 (50.000)
-

 (93.000)
234.000
  93.000
140.000
         156.400
Aliran kas masuk  =  laba bersih + depresiasi
                              = 140.000 + 16.000
                              = 156.000 

Perhatikan bahwa bunga, aliran kas yang berkaitan dengan keputusan pendanaan (financing) tidak dimasukkan ke dalam analisis, meskipun aliran kas yang keluar dari perusahaan. Metode semacam itu merupakan metode yang standar jika kita menggunakan analisis investasi dengan menggunakan metode weighted average cost of capital.
Setelah kita menghitung aliran kas dari kegiatan operasional, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi item aliran kas lainnya yang relevan. Tabel berikut ini meringkaskan perhitungan aliran kas yang relevan.
Tabel 4. Perhitungan Aliran Kas Usulan Investasi
Item Aliran Kas
Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Aliran Kas Keluar
1.      Investasi
2.      Investasi modal kerja
3.      Biaya kesempatan gudang
4.      Kanibalisme produk
Total Kas Keluar

-100.000

  -10.000

-146.000


-256.000



-15.000



  -5.000
-20.000



-15.000



  -5.000
-20.000







-5.000
-5.000







-5.000
-5.000







-5.000
-5.000
Aliran Kas Masuk
1.      Kas masuk operasional
2.      Penjualan nilai residu
3.      Penjualan gudang
4.      Modal kerja kembali
Total Kas Masuk



156.400





156.400


156.400





156.400


156.400





156.400


156.400





156.400


156.400

26.000
142.000

40.000
364.400
Aliran Kas Bersih
-256.000
136.400
136.400
151.400
151.400
359.400
2.        KRITERIA PENILAIAN INVESTASI
Ada beberapa kriteria yang bisa dipakai untuk mengevaluasi rencana investasi.
1.      Payback Period
2.      Discounted Payback Period
3.      Accounting Rate of Return
4.      Net Present Value
5.      Internal Rate of Return
6.      Profitability Index

2.1. Payback Period
 Payback period ingin melihat seberapa lama investasi bisa kembali. Semakin pendek jangka waktu kembalinya investasi, semakin baik suatu investasi. Kelemahan dari metode payback period adalah : (1) Tidak memperhitungkan nilai waktu uang, dan (2) Tidak memperhitungkan aliran kas sesudah periode payback. Seperti yang dibicarakan dalam bab mengenai nilai waktu uang, nilai waktu uang harus diperhatikan. Aliran kas sesudah payback period tidak diperhatikan. Hal tersebut berarti aliran kas tahun ketiga sampai kelima tidak dimasukkan ke dalam perhitungan, padahal jumlah aliran kas tersebut cukup signifikan.

2.2. Dicounted Payback Period
 Metode ini berusaha menghilangkan kelemahan payback period yang tidak memperhitungkan nilai waktu uang. Dengan metode ini, aliran kas di present-value-kan sebelum dihitung payback period nya. Metode discounted payback period tidak bisa menghilangkan kelemahan yang kedua, yaitu tidak memperhitungkan aliran kas di luar payback period.

2.3. Accounting Rate of Return (ARR)
 Metode ARR menggunakan keuntungan sesudah pajak, dibagi dengan rata-rata nilai buku investasi selama usia investasi. ARR mempunyai kelemahan yang mencolok, yang sama dengan payback period. Pertama, ARR menggunakan ‘input’ yang salah, yaitu laba akuntansi, bukannya aliran kas. Inoout yang salah akan menghasilkan output yang salah juga (garbage in garbage out). Kedua, ARR tidak memperhitungkan nilai waktu uang.

2.4. Net Present Value
 Net present value adalah present value aliran kas masuk dikurangi dengan present value aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut ini.
            NPV > 0 usulan investasi diterima
            NPV < 0 usulan investasi ditolak

2.5. Internal Rate of Return
 IRR adalah tingkat diskonto (discount rate) yang menyamakan present value aliran kas masuk dengan present value aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut ini.
            IRR > tingkat keuntungan yang disyaratkan   usulan investasi diterima
            IRR < tingkat keuntungan yang disyaratkan    usulan investasi ditolak

Tabel 5. Perhitungan IRR secara Manual
Discount rate
PV kas masuk
PV kas keluar
NPV = (2) + (3)
52
53
54
55
56
265,5
260,2
255,9
251,8
247,8
-256
-256
-256
-256
-256
8,5
4,2
-0,1
-4,2
-8,2

Pertama, kita memakai discount rate 52%. Dengan discount rate tersebut, PV kas masuk lebih besar dibandingkan PV kas keluar. Kemudian discount rate kita naikkan menjadi 56%. Ternyata PV kas keluar lebih kecil deibandingkan dengan PV kas masuk. Proses tersebut diulang lagi, sampai diperoleh hasil ditabel di atas. Dari tabel tersebut nampak bahwa IRR ada diantara 53-54%. Dengan discount rate 53%, diperoleh NPV = 4,2, sementara dengan discount rate 54%, diperoleh NPV = -0,1. Perhitungan yang lebih teliti bisa dilakukan dengan cara interpolasi. Dengan interpolasi, IRR ditemukan sebesar 53,97%.

2.6. Profitability Index
 Profitability Index (PI) adalah present value aliran kas masuk dibagi dengan present value aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut ini.
PI > 1 usulan investasi diterima
PI < 1 usulan investasi ditolak
untuk usulan investasi diatas, dengan discount rate sebesar 20%, PI bisa dihitung sebagai berikut ini.
            PI   = 513,4 / 256
                   = 2,01
Karena PI > 1, maka usulan investasi tersebut layak dilakukan.

BAB 14

ANALISIS INVESTASI LANJUTAN : PENDEKATAN ADJUSTED PRESENT VALUE 1.      METODE ADJUSTED PRESENT VALUE (APV) 1.1. Kerangka APV ...