PENGANGGARAN MODAL : ISU LANJUTAN
1.
PROYEK
DENGAN USIA BERBEDA
1.1. Menyamakan Usia
Proyek
A memiliki usia 3 tahun, sedangkan proyek B memiliki usia 6 tahun. Keduanya
bisa disamakan menjadi usia 6 tahun. Proyek
NPVA = -640 ribu + 320/(1,1)2 + 320/(1,1)3 +
320/(1,1)4 + 320/(1,1)5 + 320/(1,2)6 = + 273
ribu
NPVB = -840 ribu + 240/(1,1)2 + 240/(1,1)3 +
240/(1,1)4 + 240/(1,1)5 + 240/(1,1)6 = + 205 ribu
Perhitungan NPV
dengan menyamakan usia kedua proyek tersebut menunjukkan bahwa proyek A lebih
dipilih dibandingkan proyek B. Metode menyamakan usia proyek mempunyai
kelemahan. Jika horison waktu suatu proyek cukup panjang, metode tersebut tidak
cukup praktis. Misalkan satu proyek mempunyai usia 11 tahun, sedangkan yang
lainnya 19 tahun. Common factor untuk
keduanya adalah 11 × 19 = 209 tahun. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, metode
Equivalent Annual NPV bisa dilakukan.
1.2. Equivalent Annual NPV (EAN)
Metode ini mengubah NPV yang dihitung menjadi
angka NPV tahunan. Asumsi yang dipakai oleh metode ini adalah proyek yang ada
sekarang akan dilakukan terus-menerus. Perhitungan Equivalent Annual NPV adalah sebagai berikut ini.
Eq An NPV =
NPVn / PVIFA(r,n)
Dimana
: NPV = present value proyek
PVIFA(r,n) = present value factor annuity didasarkan
pada tingkat keuntungan yang
disyaratkan dan usia proyek.
1.3. Pertimbangan Lanjut
Analisis investasi untuk dua proyek
dengan usia berbeda dilakukan untuk dua proyek yang mutually exclusive (kita harus memilih salah satu), jika dua proyek
tersebut independen, maka tidak perlu dilakukan analisis seperti itu. Hal lain
yang perlu dilakukan adalah analisis tersebut mengasumsikan kondisi yang sama
selama umur proyek tersebut, tingkat inflasi dan teknologi dianggap sama. Jika
kita memperkirakan tingkat inflasi atau teknologi berbeda, sehingga menyebabkan
aliran kas keduanya berubah, maka kita harus memasukkan efek tersebut ke dalam
perkiraan aliran kas. Sebagai contoh, misalkan kita memperkirakan bahwa pada
akhir tahun kelima akan muncul produk baru yang mempunyai teknologi yang sangat
baik, sehingga peralatan A dan B mau tidak mau harus diganti. Peralatan A dan B
tidak mempunyai nilai residu, karena peralatan baru tersebut, yang teknologinya
yang baru, membuat peralatan lama tidak punya nilai. Pada tahun keenam, tidak
ada lagi kas masuk yang dihasilkan, karena kedua peralatan tersebut sudah dinonaktifkan,
diganti peralatan baru. NPV keduanya bisa dihitung sebagai berikut ini.
NPVA = -640 ribu + 320/(1,1)1 +
320/(1,1)2 + 320/(1,1)3 + 320/(1,1)4 +
320/(1,1)5 = + 92 ribu
NPVB = -840 ribu + 240/(1,1)1 +
240/(1,1)2 + 240/(1,1)3 + 240/(1,1)4 + 240/(1,1)5
= + 70 ribu
Setelah
memasukkan informasi teknologi baru, usulan investasi A masih tetap lebih
menarik dibandingkan dengan usulan investasi B.
Secara umum, jika ada
perubahan teknologi atau faktor lain yang akan mempengaruhi aliran kas, maka
penyesuaian harus dilakukan. Yaitu dengan melakukan penyesuaian terhadap aliran
kas masa mendatang. Penyesuaian dilakukan dengan, misal : mengasumsikan
berhentinya proyek lama, dengan mengganti dengan proyek yang lebih baru (yang
memasukkan teknologi baru).
2.
PENGARUH
INFLASI
Jika suatu perekonomian
mengalami inflasi yang cukup tinggi, bagaimana efeknya terhadap analisi
infestasi ? Jika aliran kas dan tingkat keuntungan yang disyaratkan menggunakan
aliran kas normal, dan tingkat inflasi yang dipakai keduanya sama, maka tingkat
inflasi keduanya akan saling menghilangkan. Dengan demikian kita tidak perlu
melakukan apa-apa. Yang menjadi masalah jika tingkat keduanya tidak sama.
Beberapa langkah yang
bisa dilakukan dalam kaitannya dengan inflasi :
1. Pengaruh
inflasi dan dis-inflasi harus dimasukkan ke dalam aliran kas, karena tingkat
keuntungan yang disyaratkan biasanya sudah dimasukkan inflasi yang diharapkan
(investor sudah memasukkan inflasi ke dalam tingkat keuntungan yang
diharapkan).
2. Jika
imflasi tidak homogen di dalam suatu perekonomian, akan lebih baik jika kita
menggunakan tingkat inflasi per sektor perekonomian.
3. Perubahan
harga yang tidak dikarenakan inflasi, misal karena perubahan permintaan dan
penawaran, yang akan mempengaruhi aliran kas, sebaiknya juga dimasukkan ke
dalam analisis.
3.
ANALISIS
RISIKO INVESTASI
3.1. Analisis Sensitivitas
Analisis NPV yang sudah
dibicarakan sebelumnya belum banyak membahas risiko usulan investasi. Salah
satu kecenderungan analisis NPV adalah diperolehnya usulan investasi yang mempunyai
nilai NPV yang positif.
Untuk memperoleh
gambaran yang lebih realistis mengenai analisis NPV, analisis NPV bisa
dilengkapi dengan analisis sensitivitas. Dalam analisis sensitivitas, kita akn
menghitung NPV jika parameter-parameter dalam analisis berubah. Misalkan
manajer keuangan seang mempertimbangkan usulan investasi sebagai berikut ini,
investasi awal adalah Rp. 1.000,00 juta,
dengan jangka waktu lima tahun, tidak ada nilai residu. Perhitungan
laba-rugi dan aliran kas tahunan adalah sebagai berikut ini.
Tabel.
Perhitungan Aliran Kas Masuk Usulan Investasi
|
Laporan
Laba-Rugi
(juta Rp)
|
Aliran Kas
(juta Rp)
|
Penjualan (1.000 unit)
Biaya Variabel (30%)
Biaya Tetap
Depresiasi
Laba Sebelum Pajak
Pajak (40%)
Laba Sesudah Pajak
Aliran Kas
|
2.000
600
800
200
1.600
400
160
240
|
1.800
(540)
(800)
-
-
104
-
356
|
Tingkat keuntungan yang disyaratkan (WACC/weighted
average cost of capital) adalah 20%. Dengan demikian NPV usulan investasi
tersebut adalah
NPV
= -1.000 + 440 / (1,2)1 + ............... + 440 / (1,2)5 = + 316
Karena NPV yang dihasilkan adalah positif Rp.316
juta, maka proyek tersebut layak dilakukan.
3.2. Analisis Skenario
Selain menggunakan
analisia sensitivitas, manajer keuangan juga bisa melakukan analisis skenario. Pada
analisis skenario, manajer keuangan mengindentifikasi skenario tertentu,
kemudian menghitung NPV berdasarkan skenario tersebut. Berbeda dengan analisis
sensitivias, dimana hanya satu variabel berubah, dan mengasumsikan variabel
lain konstan, pada analisis skenario, variabel-variabel bia berubah secara
bersamaan untuk setiap skenarionya. Misalkan manajer keuangan memperkirakan
tiga skenario, yaitu kondisi ekonomi jelek, normal, dan baik. Untuk setiap
skenario, berikut ini angka-angka untuk setiap variabelnya, dan NPV yang
diperoleh. Seperti sebelumnya, kita memfokuskan pada empat variabel.
Tabel.
NPV untuk Tiga Skenario Perekonomian
Parameter
|
Jelek
|
Normal (yang
diharapkan)
|
Baik
|
Probabilitas
|
0,2
|
0,5
|
0,3
|
Jumlah kuantitas terjual
Harga per unit
Biaya Tetap
Investasi Awal
|
800
unit
Rp
1,5 juta
Rp
800 juta
Rp
1.000 juta
|
1.000 unit
Rp 2 juta
Rp 800 juta
Rp 1.000 juta
|
1.200 unit
Rp 2 juta
Rp 800 juta
Rp 1.000 juta
|
NPV
|
-688.976.337
|
315.869.342
|
818.292.181
|
Tabel tersebut menunjukkan bahwa jika perekonomian
menjadi jelek, perusahaan akan mengalami kerugian besar (NPV sebesar -689
juta). Seberapa besar proyek tersebut, akan tergantung dari probabilitas
kondisi perekonomian menjadi jelek. Misalkan probabilitas untuk setiap kondisi
perekonomian adalah 20%, 50%, dan 30%, untuk kondisi jelek, normal, dan baik,
berturut-turut, NPV yang diharapkan adalah :
NPV yang diharapkan = (0,2 × -688.976.337) + (0,5 ×
315.869.342) + (0,3 × 818.292.181)
=
265.627.058
Standar deviasi =
524.544.844
Manajer keuangan
memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai risiko usulan investasi
tersebut, dengan melakukan analisis sensitivitas dan skenario.
3.3. Analisis Simulasi
Simulasi memperhalus
analisis sensitivitas lebih lanjut. Dalam analisis simulasi, manajer keuangan
mengubah-ubah variabel yang relavan, kemudian melihat efeknya pada NPV. Perubahan
dilakukan secara simultan, kemudian perhitungan efek terhadap NPV dilakukan
beberapa kali sehingga akan diperoleh distribusi NPV. Simulasi akan lebih mudah
dilakukan dengan menggunakan software
atau program komputer.
Sebagai ilustrasi,
misalkan kita ingin melakukan simulasi terhadap usulan investasi dimuka. Misal,
kita memfokuska pada satu variabel yang akan disimulasikan, yaitu penjualan. Langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah :
1. Menghitung
distribusi probabilitas penjualan berdasarkan data historis atau perkiraan
lainnya. Setelah diperoleh distribusinya, kita bisa menentukan angka random
yang berkaitan dengan masing-masing skenario tingkat penjualan. Berikut ini
distribusi probabilitas penjualan yang diperoleh.
Tabel.
Angka Random untuk Skenario Penjualan
Tingkat Penjualan
(Rp juta)
|
Probabilitas
|
Angka Random
|
1.500
1.700
2.000
2.200
2.500
3.000
|
0,1
0,2
0,3
0,2
0,1
0,1
|
00-09
10-29
30-59
60-79
80-89
90-99
|
Hukum
probabilitas mengatakan bahwa (1) probabilitas harus lebih besar atau sama
dengan 0, dan (2) jumlah probabilitas harus satu. Kolom (2) tabel diatas
menunjukkan hal tersebut. Tingkat penjualan RP.2000,00 mempunyai probabilitas
yang paling besar yaitu 30%. Kolom paling kanan menujukkan angka random, dengan
skala 0 samapi 99, yaitu berkaitan dengan masing-masing skenario penjualan.
2. Memperoleh
angaka random. Tabel angka random atau program komputer bisa digunakan untuk
menghasilkan angka random dengan skala 0 sampai 99. Kita bisa melakukan run (perhiungan) samapi 100, atau 1.000
kali, tetapi sebagai ilustrasi, misalkan kita melakukan 10 kali run (perhitungan). Sepuluh kali run tersebut menghasilkan angka random
seperti dalam tabel ini.
Tabel.
NPV Hasil Simulasi (10 Run)
Run
|
Angka Random
yang Dihasilkan
|
Tingkat Penjualan
yang Berkaitan
|
NPV
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
20
6
22
95
2
17
63
29
58
24
|
1.700
1.500
1.700
3.000
1.500
1.700
2.200
1.700
2.000
1.700
|
-60.947.788
-312.159.208
-60.947.788
1.571.926.440
-312.159.208
-60.947.788
567.080.761
-60.947.788
315.869.342
-60.947.788
|
|
|
Rata-rata NPV
Standar Deviasi
|
Rp 153 juta
Rp 565 juta
|
Kolom
kedua menyajikan angka random yang diperoleh melalui program spreadsheet. Setelah angka random
diperoleh, kolom ketiga menyajikan tingkat penjualan yang berkaitan dengan
angka random tersebut (dari tabel sebelumnya). Setelah penjualan ditentukan,
NPV bisa dihitung. Kolom paling kanan menyajikan NPV yang diperoleh. Dengan melakukan
sepuluh kali run, rata-rata NPV yang
diperoleh adalah positif Rp 153 juta, dengan standar deviasi Rp 565 juta.